Kamis, 15 Mei 2014

VIVI oh VIVI

Sore ini berhubung hari libur alias tanggal merah, gue sempatkan untuk latihan. Sayang kan udah bayar mahal-mahal di Celebrity Fitnes yang isinya asli ga ada selebriti nya sama sekali. Hahaha tapi bukan itu bahasan kita.

Tumben-tumbenan kali ini ada cewek yang ngajak gue berdialog. Asli yang ini wajahnya lebih-lebih dari selebriti. Cantik dan berjilbab, sepertinya ia keturunan dewi kuan in. Eh salah keturunan arab maksud gua. Haha #gagalfokus pas liat wajah super cantiknya, gue yakin dia lah jodoh yang dikirimkan tuhan untuk gue yang ga sembuh-sembuh galau nya ini. #apes

Mau tau bagaimana isi dialog saya dengan nya?? Mau tau banget atau mau tau aja? Kasih tau ga ya? #gaya4L4Y stop! Saya udah pensiun dari genk 4L4Y hehe

Begini dialognya. (Tempat: Kelas Body Combat CF Margo City)

Cewe : "Kak sini di depan aku, aku ga tau gerakannya."

Gue : "Ah ga apa-apa, itu masih banyak orang di depan kamu."

Cewe : "Oh oke oke."

Gue : "Baru pertama ya Body Combat?"

Cewe : "iya." ucapnya sambil tersenyum ramah.

Ademmm bener kata gue dalam hatii. Latihan pun dimulai, gak bisa dibohongin emang gerakan ini cewe parah abis. Haha tapi dia tetep Cantik. Hehe gue senyum2 aja sendiri #macamorangbenar

Sejam berlalu dan latihan pun usai. Gue ga mau membuang kesempatan sia-sia dong, gue belum tau namanya siapa?! Gue juga belum tentu bisa ketemu dia lagi.

Gue : "Ga kapok kan? Nanti latihan lagi ya."

Cewe : "Nggak lah. Cuma lucu aja gerakannya ya."

Gerakannya lucu?? Lucu dari mananya gerakan bela diri gitu? Rutuk gue dalam hati lagi. Tapi dia tetep cantik. Haha #tetep

Gue : "Nama kamu siapa?"

Cewe : "Nama Aku Vivi"

Gue : "Oh Vivi, Kamu kuliah?"

Dia malah tertawa kecil.

Cewe : Nggak.

Gue : Oh udah kerja ya? Dimana?

Cewe : Nggak kerja juga. Dirumah aja.

Dezigggggg!!!! Bagaikan tersambar petir di tengah hari bolong. Lalu dia ini makhluk apa? Kuliah nggak! Kerja juga kagak! Gue pun memberanikan diri menanyakan pertanyaan yang gue sendiri ga mau denger jawabanya! Gue ngeri banget! Tapi harus gue tanya! Dan gue pun bertanya!

Gue : "Kamu Ibu Rumah Tangga?"

Cewe : "Ya!"

#JLEBBB

Sekian.

Kamis, 13 Juni 2013

KEREN ITU TANPA ROKOK!

Terinspirasi dari kisah nyata seorang sahabat, beruntung dia masih selamat dari penyakit akibat Rokok. Tapi masih banyak orang lain yang tidak seberuntung dia. Selagi masih sehat, jangan pernah mencoba untuk merokok, yang sudah terlanjur merokok berhentilah sekarang juga!


“Bro pulang sekolah mau kemana?”
“Belum tau.” Jawab Iqbal  saat berjalan kekelas pagi itu. Iqbal adalah sosok cowok keren disekolah, hampir semua cewek normal suka padanya, cowok pun ada beberapa.
“Ikut gue aja yuk.” Ajak Erda teman sekelanya.
“Kemana?”
“Nongkrong sama anak-anak lain lah. Jangan diem aja lo. Mau lo dibilang anak kuper.”
“Nggak lah, ayo boleh aja.”
Saat duduk dikursinya, iqbal langsung di sapa oleh Andien salah satu teman dikelas. “Hai Iqbal, makin ganteng ajah.”
“Hai Andien,” sifat iqbal yang kalem dan tidak sombong, membuatnya semakin disukai.
“Iqbal aku duduk disebelah kamu ya hari ini.” Tiba-tiba Raisa datang dan langsung duduk di kursi sebelah.
“Tap, tapi kursi itu punya Faris.”
“Nggak apa-apa, Faris lagi ngurus lomba karya ilmiah, jadi jarang masuk kelas.”
“Oh, ya udah.”
Satu lagi cewek bernama Tasya dari kelas sebelah datang membawa kotak makan. “Hai Iqbal, tadi pagi aku bikin sandwich, aku sengaja bikin buat kamu, aku tau kamu belum sarapan kan? Makan ya.”
“Iqbal itu selalu sarapan sebelum berangkat sekolah kali.” Sahut Raisa dengan wajah super bete.
“Buat makan siang juga masih enak kok.” Tasya keras kepala.
“Udah nggak enak lah.” Tiba-tiba Andien nimbrung.
“Oke, makasih ya Sya.”
Beruntung lonceng tanda pelajaran akan dimulai berdenting dari kejauhan, Tasya pun beranjak pergi, “Dadah Iqbal!”
***
“Ayo!” di depan kelas Erda sudah menunggu.
“Nongkrong dimana sih bro?”
“Diwarung babeh, dipinggir jalan raya sana. Ayo.”
Keduanya berjalan santai di bawah terik matahari siang itu. Perlahan tapi pasti keduanya pun sampai. “Hei,” ucap Erda menyapa kawan-kawannya yang sudah sesak memenuhi warung berukuran 3x3 meter itu. Bau yang menyesakan dada langsung menusuk hidung Iqbal, yap bau asap Rokok.
“Kenalin, Iqbal, temen sekelas gue, pada tau kan?”
“Wih, idola cewek-cewek disekolah nih.” Sahut seorang berambut urakan bernama Bono sambil lalu menghisap rokok ditangannya.
“Haha, bisa aja lo.” Ucap Iqbal agak kaku, sebelumnya dia memang jarang bergaul dengan anak-anak perokok seperti ini.
“Sering-sering ngumpul bareng kita, seru deh pasti.” Sahut cowok berkulit hitam dan berbadan tinggi dari kejauhan.
“Bisa diatur.” Jawabnya santai.
Erda mengeluarkan sebuah kotak dari saku kemeja seragamnya, “Mau Rokok Bal?”
“Emh Nggak, gue nggak ngerokok.”
“Ok.”
“Kenapa lo nggak ngerokok? Cuma Banci yang ga ngerokok bro.” sahut Bono asal saja.
“Lain waktu deh.” Jawabnya ragu-ragu.
Tidak berapa lama masuklah sekumpulan murid, yang pasti bukan dari sekolah Iqbal, terlihat dari bet lokasi di lengan atas seragam mereka, mereka terlihat membawa sesuatu di dalam sebuah karung usang, datang lalu berbisik satu sama lain.
Mereka ngomongin apa ya? Tanya Iqbal dalam hati. Kemudian dari luar seseorang masuk sambil berlari. “Woi mereka dateng!” sontak warung babeh ramai dan mereka sibuk mengeluarkan sesuatu yang ternyata senjata tajam, gear dan benda tumpul lainnya dari dalam karung.
“Bal pegang ini, ayo keluar!” karena panik, ia pun berlari mengikuti Erda dengan membawa sebilah samurai ditangannya. Benar saja sekelompok murid dari sekolah lain, lewat dengan menggunakan truk. Tawuran pun terjadi. Iqbal berusaha berlari menghindar, namun kepalanya malah terkena lemparan batu sampai mengeluarkan darah.
Tidak lama polisi datang mengamankan keadaan, Iqbal pun berakhir di kantor polisi bersama murid-murid lain dengan bertelanjang dada, lukanya belum diobati.
“Puas kamu tawuran begitu! Kayak orang bener aja, udah bisa apa kamu, sekarang luka kan kepala kamu itu. Sakit kan!?” ia dicaci maki oleh salah satu polisi bertampang sangar, karena bingung dan kesal, ia pun memilih diam. Setengah jam yang terasa seabad, Iqbal berjongkok sambil menunggu para orang tua datang. Saat ayahnya datang, tidak satu kata pun keluar dari mulutnya, wajahnya yang mulai keriput terlihat kecewa, ibunya datang dengan bersimbah air mata. Sebelum pulang, mereka pergi kerumah sakit untuk mengobati luka di kepala anak bungsu mereka itu. Tepat diujung alis sebelah kanan, dibuat 3 jahitan lalu ditutup perban.
***
Entah kenapa suasana rumah menjadi semakin sunyi, rumah berukuran cukup besar itu hanya ditinggali oleh mereka bertiga, kakak-kakak Iqbal yang keempatnya wanita sudah berkeluarga dan memilih tinggal dengan suami mereka masing-masing.
Sesampainya di dalam ruang tamu, ayah Iqbal langsung duduk di salah satu sova empuk, air wajahnya masih sama dan tidak sepatah katapun terucap sejak tadi di kantor polisi. Karena merasa bersalah, Iqbal pun memberanikan diri untuk meminta maaf, disaksikan oleh ibu yang berdiri di belakangnya.
“Yah, Iqbal minta maaf.” Sunyi sejenak.
“Kurang apa sih kamu hah? Apa yang kurang ayah berikan buat kamu!” suaranya bergetar dan tinggi, jantung Iqbal hampir copot, ia tidak pernah melihat ayahnya semarah ini selama 15 tahun ia hidup.
“Yah, iqbal bisa jelasin kok.”
“Sejak kapan kamu ikut-ikut tawuran begitu? Apa gunanya?!”
“Yah, Iqbal ga bermaksud ikut tawuran.”
“Masih berani mengelak?” ucapnya lalu berdiri, wajahnya sampai memerah karena emosi.
Ibu akhirnya angkat bicara, “Yah, Iqbal ga mungkin ikut tawuran.”
“Iqbal ga mengelak Yah, Iqbal ga bermaksud ikut tawuran.”
Tanpa disadari sebuah tamparan melesat ke pipi anak laki-laki satu-satunya itu, “Terus senjata tajam ditangan kamu saat tawuran tadi itu apa?!” raungnya murka, suaranya semakin bergetar. Rasa sakit dipipi tidak sebanding dengan rasa sakit dihati Iqbal saat itu, ia marah karena ayahnya tidak mau percaya padanya, ia marah pada kondisi yang menjadikannya seperti ini.
“Terserah Ayah mau percaya atau nggak, yang jelas aku nggak bohong!” ucapnya keras, lalu berjalan cepat menuju kamarnya.
“Anak kurang ajar!”
“Ayah, sudahlah, ini pasti hari yang berat untuk Iqbal, nanti darah tinggi Ayah kumat gimana?”
Sementara dikamar, Iqbal masih terbakar emosi. Ia benar-benar kecewa pada ayahnya yang tidak sedikitpun mau percaya. Gue ini anaknya, kenapa ayah sama sekali ga percaya. Hal yang sepertinya sudah lama sekali tidak pernah terjadi, Air mata menetes dipipinya.
***
“Apa maksud lo, hah?” saat Erda baru memasuki kelas, Iqbal langsung menarik kerah baju dan mendorongnya sampai menabrak dinding, murid-murid lain langsung ramai.
“Bal, gue sama sekali ga tau kalau bakal ada tawuran.”
“Bohong!”
“Bal lepasin gue dulu gue ga bisa napas.” Ia pun melepaskan genggamannya.
“Sakit jiwa kali lo ya!”
“Bal gue berani sumpah, kemarin gue ga tau kalau bakal ada tawuran.”
“Terus kenapa lo kasih senjata itu ke gue!”
“Gue tau kemarin pertama kali lo terpaksa harus ikut tawuran, jadi gue kasih senjata itu untuk melindungi diri lo.” Seakan pembelaan Erda masuk akal, ia pun berjalan dan duduk kembali di kursinya.
Saat pulang sekolah Iqbal berjalan menuju halte untuk menunggu bis, untuk menuju ke halte, ia kembali harus melewati warung babeh, disana ia melihat Erda, Bono dan murid-murid yang kemarin, seakan-akan tawuran itu tidak merubah mereka sama sekali, tawuran yang bisa saja merenggut nyawa mereka, tapi mereka masih asik tertawa. Bukannya ke halte, ia malah berjalan menuju warung babeh,
“Bal,” Erda melongo melihat siapa yang datang.
“Sorry yang kemarin ya Bro.” ujar Bono dari ujung ruangan.
“Santai Bon.”
“Lo ga balik Bal?” Erda bertanya sambil menghisap Rokok, Iqbal hanya diam. Lalu mengambil sebatang Rokok dari dalam bungkus rokok milik Erda dan membakarnya.
“Gue males balik,” ucapnya lalu mulai menghisap benda sepanjang 9 cm itu, awalnya terbatuk karena belum terbiasa, tapi lama kelamaan ia bisa melakukanya,
Erda dan Bono saling pandang penuh arti. “Kenapa orang rumah lo?” Erda memberanikan diri bertanya.
“Percuma aja gue pulang kerumah kalau ga ada lagi yang percaya sama gue.”
“Bokap sama Nyokap lo?” ucap Bono sambil berjalan mendekat.
“Bokap.”
“Kalau gue sama Bono udah terbiasa begitu,” Erda bercerita, “Orang tua gue udah lama bercerai, ibu gue nikah lagi terus tinggal di Kalimantan, bokap gue yang ga punya kerjaan tetap plus pemabok, hidup terjerumus, ga ada perempuan yang mau sama dia, ngurus dia, jadi gue harus urus hidup gue sendiri, Rokok teman terbaik gue saat ini.”
“Kalau gue, gue nggak punya orang tua semenjak gue lahir, gue dibesarkan sama paman gue, dia kerja dan pulang seminggu, bahkan dua minggu sekali, kerja ikut orang katanya. Ternyata bosnya Bandar narkoba. Sekarang dia bahagia di penjara. Entah kenapa, saat merokok pikiran gue jadi lebih tenang.” Bono mengakhiri.
Tanpa terasa mereka mengobrol sampai matahari berganti bulan, bulan yang tertutup awan karena hujan turun deras. Saat itu Iqbal sudah menghabiskan 3 bungkus Rokok sendiri. Saat tiba dirumah, ibu tertidur didepan rumah menanti anaknya pulang.
“Bu,”
“Iqbal, kamu dari mana sih nak, jam segini baru pulang.”
“Iqbal ada tugas kelompok bu,” ia berbohong. “Ibu ngapain tidur diluar?”
“Ibu nunggu kamu lah,”
“Maafin Iqbal ya bu lupa kasih kabar, ayah mana?”
“Ayah keluar kota satu minggu, ada kerjaan proyek di Makassar.”
“Ibu istirahat ya, Iqbal ke kamar dulu.”
“Kamu udah makan?”
“Udah bu.”
***
“Iqbal, sekarang kamu ngerokok ya?” tanya Raisa sebelum jam pelajaran dimulai.
“Kamu lihat dimana?”
“Kemarin aku lewat warung babeh, aku lihat kamu.”
“Kalau iya terus kenapa?” nada suaranya berubah sinis.
“Rokok itu nggak baik Bal.”
“Untuk saat ini benda itu yang terbaik Rai.” Raisa beranjak pergi dengan wajah murung, tanpa berkata apa-apa lagi. Berikutnya seperti biasa Tasya yang datang.
“Hai Iqbal!”
“Kenapa? Mau nasehatin gue supaya berhenti merokok juga?!” ucapnya ketus.
“Kok kamu ngomongnya begitu sih Bal. Iqbal berubah!” ucapnya lalu berlari meninggalkan kelas, sepertinya ia menangis.
Kalau gue ngerokok, urusan apa sama mereka, ucapnya dalam hati. Pulang sekolah seperti hari sebelumnya ia berkumpul dengan Erda dan Bono di warung babeh, sampai malam hari baru pulang kerumah.
Pada satu malam Iqbal berpapasan dengan beberapa Banci yang sedang mengamen. Mereka merokok. Ia terus pulang larut malam, begitu seterusnya Sampai seminggu berlalu.
Wajah Iqbal terlihat pucat seperti orang kurang tidur, semenjak kejadian pagi hari seminggu yang lalu, baik Raisa, Tasya maupun Andien tidak ada lagi yang memperlakukannya seperti dulu.
“Pulang sekolah gue mau ngomong sama lo ya Bal.” ucap Faris yang sudah kembali dari lomba Karya ilmiah.
“Ngobrol apa? Ga bisa sekarang aja.”
“Nggak bisa.”
“Kalau gitu gue juga ga bisa nanti siang.”
Faris langsung beralih memandang sahabat sejak di SMP-nya itu. “Lo kenapa sih?”
“Gue nggak kenapa-kenapa.”
“Bal, baru seminggu gue pergi, gue udah ngerasa kehilangan sahabat gue tau.”
“Gue biasa aja.”
“Sekarang lo ngerokok, apa sih masalah lo?”
Iqbal melirik Faris sinis, “Lo pasti udah denger juga kan dari anak-anak.”
“Sedikit.”
“Lo ga perlu tau lebih banyak lagi kok.”
“Bal, terlepas dari masalah pribadi atau mungkin masalah dalam keluarga lo, jalan lo memilih merokok itu salah.”
“Jangan merasa jadi orang paling bener Ris.”
“Dalam hal ini mungkin gue harus membanggakan diri karena gue tau lebih banyak dari lo.”
“Gue tau apa yang gue lakukan.”
“Bal, buka mata, telinga, hati, dan pikiran lo baik-baik mulai sekarang, Rokok ga hanya berbahaya buat lo sendiri, tapi untuk orang-orang disekitar lo, Karena perokok pasif lebih rentan terkena penyakit akibat Rokok ketimbang perokok aktif. Buka mata lo, semua ada di buku, di internet. Buka telinga lo, dengerin semua orang tau rokok itu berbahaya, lo pasti lebih sering denger bahaya rokok ketimbang manfaatnya kan, pakai hati dan pikiran lo bro, tega lo bikin diri lo bahkan orang lain menderita karena rokok. Kalau sampai lo sakit, apa orang tua lo ga akan sedih, sejahat-jahatnya orang tua, mereka pasti peduli sama anaknya Bal. Kalau lo kurang yakin, cari tau semuanya. Bikin diri lo yakin.”
“Udah ceramahnya?” Faris menghela napas dalam, lalu memilih mengabaikan teman sebangkunya itu.
Walau bagaimanapun perkataan Faris berhasil masuk dalam pikiran Iqbal. Siang itu ia tidak berkumpul bersama Erda dan Bono, ia langsung pulang dan mencari tahu tentang bahaya-bahaya yang ditimbulkan akibat rokok, begitupun manfaatnya, lalu ia bandingkan. Karena sudah kecanduan, ia tetap merokok beberapa batang di dalam kamar, setelah itu entah kenapa ia jadi serang batuk.
Saat makan malam bersama kedua orang tuanya Iqbal semakin sering batuk, meja makan masih sangat sunyi, sampai setelah makan Ayah mulai bicara. “Ayah kira, kamu akan berusaha membuktikan kalau kamu memang tidak bersalah.”
Iqbal dan ibunya saling pandang, tanpa saling bicara, “Iqbal nggak bohong Yah.” Bukannya menanggapi, Ayah malah beranjak meninggalkan meja makan, berjalan ke kamarnya.
“Kamu kayaknya kurang sehat nak? Badan kamu lebih kurus.” tanya Ibu melihat sosok anaknya tercinta.
“Iqbal baik-baik aja bu.”
“Kalau kamu perlu sesuatu, panggil ibu ya.” Ibu pun ikut meninggalkan meja makan dan menyusul ayah masuk ke kamar.
“Iya bu.”
***
Entah kenapa udara terasa begitu dingin, bukan karena diluar sedang turun hujan lebat, atau karena AC ruangan, dinginnya sangat menyakitkan, seperti terkunci dalam sebuah kotak sempit, sulit bernapas. Semuanya gelap.
“Iqbal bangun, bangun nak!” seseorang di kejauhan memanggil, rasanya jauh sekali. Semakin lama terdengar dua suara.
“Bal, bangun bal.” suara yag lebih keras dan lantang.
Iqbal pun berhasil membuka mata, tubuhnya basah oleh keringat, ia terus batuk, batuknya kering dan terasa menyiksa. Sedetik kemudian ia muntah darah.
“Astagfirullahaladzim Iqbal!” ibunya berteriak. Suara itu yang terakhir didengar, karena ia terjatuh pingsan.
Beberapa jam berlalu, ruang operasi belum juga terbuka, ayah, ibu dan kakak-kakak Iqbal sudah menunggu terlalu lama. Menurut Dokter ia terkena Infeksi Flek pernapasan karena ada cairan kental yang bersarang di paru-parunya, dan itu diakibatkan oleh Rokok. Dokter berjanji melakukan yang terbaik, saat ini yang dilakukan adalah melakukan operasi mengambilan cairan dari dalam paru-parunya.
Setelah mendapat kabar. Faris, Erda dan Bono langsung berangkat ke rumah sakit, setelah mendapat izin dari sekolah mereka.
Sambil menunggu operasi, Erda meneritakan semuanya pada ayah dan ibu Iqbal, termasuk soal senjata yang dipegang oleh anak mereka.
“Iqbal bu,” Ayah tidak bisa menahan diri, ia pun menangis, begitupun dengan Ibu.
“Sabar Yah, Kita berdoa saja semoga Iqbal bisa sembuh.”
“Ayah menyesal bu, kenapa Ayah bisa tidak percaya sama anak sendiri. Ayah bukan orang tua yang baik.”
“Ayah sudah berbuat yang terbaik.”
“Ya Allah, tolong sembuhkan anak hamba, angkat semua penyakitnya. Iqbal masih muda. Masa depannya masih panjang Ya Allah. Amin.”
“Amin!”
Penantian teramat panjang pun berakhir, pintu operasi akhirnya terbuka seorang Dokter dan beberapa perawat keluar dengan wajah letih.
“Syukur Alhamdulillah, bapak-ibu, operasi berjalan lancar. Setelah kondisinya normal pasien akan segera dipindahkan ke ruang perawatan.”
“Alhamdulillah.” Semua pun megucap syukur.
Setelah dipindahkan ke ruang perawatan, Ayah dan Ibu menemani Iqbal yang masih terbaring tidak sadarkan diri, dengan selang infuse yang tertancap di punggung tangan dan selang bantu pernafasan terpasang dihidungnya.
“Iqbal, maafkan Ayah ya, sekarang ayah percaya sama kamu nak. Seharusnya dari awal ayah percaya.”
Perlahan-lahan, Iqbal mulai bereaksi, jari-jari tangannya mulai bergerak, tidak lama, matanya mulai terbuka.
“Kamu sudah sadar Bal?” tanya Ayah hampir tidak percaya.
“Ayah-Ibu, maafin Iqbal ya.” Keduanya pun langsung mengangguk.
“Iya Bal, Ayah sudah maafkan, maafkan ayah juga yang tidak percaya sama kamu ya, tapi ayah udah denger semuanya dari Erda, sekarang ayah percaya sama kamu, semoga belum terlambat. Ayah minta maaf ya.”
“Ayah ga perlu minta maaf.”
“Udah ga perlu berebut untuk minta maaf, yang penting kita udah sama-sama memaafkan, coba dari kemarin-kemarin seperti ini.” Ibu Menyimpulkan.
Mulai hari itu Iqbal sudah tidak pernah lagi memegang Rokok apalagi menghisapnya, cukup derita yang ia rasakan karena benda berukuran 9 cm itu, dan ia juga tidak mau orang-orang yang ia cintai menderita karena asap Rokok. Berita baiknya lagi, melihat perjuangan Iqbal terbebas dari penyakit, Erda dan Bono pun mulai berhenti merokok, karena mereka mulai membuka mata, telinga, hati dan pikiran mereka, kesehatan itu teramat mahal dan jika uang untuk membeli Rokok mereka tabung, mereka bisa membeli apapun yang mereka inginkan. sulit memang tapi bukanya tidak bisa. Mari hidup sehat tanpa Rokok.


The End

Kamis, 02 Mei 2013

#KopdarSehat Komunitas Anti Rokok Indonesia


Bogor. 28 April 2013. Kari mengadakan kegiatan kopi darat atau biasa disebut Kopdar yang tujuannya itu untuk mengumpulkan member-member yang selama ini tergabung di Grup Facebook Kari, namun belum pernah saling bertemu sebelumnya.


Dimulai dengan perkenalan Kari lebih dalam, dan perkenalan masing-masing member yang datang, sambil makan snack biar ga kaku banget acaranya.


Ada mba Nina dari Komnas Pengendalian Tembakau dan ada Dokter Claudia Anggie dari Tanyadok.com. Banyak pengalaman seru yang mereka bagikan loh.


Temen-temen dari Universitas Indonesia banyak yang dateng. rata-rata domisili mereka di Depok dan Jakarta. Terima kasih udah dateng ya!


Plakat tanda terima kasih, untuk Dokter Claudia Anggie yang sudah berbagi pengetahuan tentang bahaya Hipertensi dan kaitanya dengan Bahaya Rokok,


Ditutup dengan foto bersama sekaligus mengampanyekan STOP IKLAN ROKOK yang semakin lama semakin meresahkan.

Diharapkan kegiatan positif ini tidak hanya berlangsung sekali saja, tapi akan berulang terus dimasa yang akan datang. karena melihat pentingnya kegiatan-kegiatan ini yang tujuannya hanya satu, yaitu mengajak masyarakat untuk hidup sehat tanpa ROKOK, terutama bagi Wanita dan Anak-anak.
Terus semanghat kawan-kawan! Yakinlah kita sudah di jalan yang benar!

Terima kasih untuk semua pihak yang telah mendukung terlaksananya kegiatan ini. 




For More Information Follow us on Twitter @KariRokokBuster atau Grup Facebook Komunitas Anti Rokok Indonesia (KARI)

Next Event Hari Tanpa Tembakau Sedunia / World No Tobacco Day 2013 #HTTS2013
and Kari Road to School. 

Jumat, 19 April 2013

SAYA KEMBALI


Hoi Hoii…
Udah lama ya Rasanya…
Lama bangettt, udah setahun lebih gue ga posting lagi di Blog ini. Ada apa ya?? Hehee
2012 gue menghilang di Blog, emm mungkin 2012 lumayan jadi tahun yang sibuk ya.

Jujur malam ini saat gue kembali membuka blog ini, yang pertama gue lakukan adalah membaca kembali apa yang pernah gue post sebelumnya, dan yaaa. Gue ngerasa banget ada perbedaan, lebih tepatnya perubahan dari gaya bahasa. Hahaha tapi gue gak mau ngedit apalagi menghapusnya, menurut gue blog bisa jadi history atau sejarah buat masing-masing individu, bikin ketawa-ketawa sendiri nih. Good Job Blogger!

Penginnya sih terus bisa posting nih, apapun itu, semoga bisa bermanfaat bisa berbagi rasa berbagi cerita. Amin! C U guys!

Jumat, 08 Juli 2011

Afgan - Cinta 2 Hati (Video Clip by Sidik Hanggono).mpg

Ini adalah Video Clip buatan gue. Diambil dari Film Cinta 2 Hati.

Gue suka film ini karena pesannya dapet banget...

Semoga kalian semua suka ya!


Senin, 11 Oktober 2010

Dia Hapus Janji Kita!

"Datang'a dia, yg mengusik hatiku, hadirkan luka baru, meresahkan jiwaku, aku terhempas layak'a tak kau kira, aku terluka, yang tak kau sengaja...
Tak semesti'a aku yg terluka, karena diriku yg pertama mencintaimu, tak seharus'a dia yg kau terima jadi milikmu jadi yang kau mau...
Dia, bisik hatiku, melukai jiwaku..."
_Dea Mirela-Tak Semestinya_

Ya Allah, kenapa jadi begini? Dia menghapus janji yg pernah aku dan dia buat 6 tahun lalu, janji anak kelas 1 SMA memang! Tapi aku sangat menghargai itu.. Kini semua berakhir, ia menemukan yg lebih baik dari ku.. Walau bukan akhir dan engkau belum mengikat mereka dalam janji suci pernikahan, tetapi ia telah memilih..

Aku hanya berharap, ini adalah pilihan terbaikmu.. Terima kasih atas segala yg pernah kau berikan padaku..

Goodbye, Sweetheart!

Rabu, 06 Oktober 2010

For Indonesia!

Sudah sewajar'a kita sebagai rakyat Indonesia mendukung Pemimpin kita.. Gue melihat Pemimpin kita penuh dengan tekanan dari Atas-Bawah Kanan-Kiri Depan-Belakang. Kenyamanan akan membantu Pemimpin kita berfikir Jernih dalam mengambil setiap langkah.. Hayo dong jangan norak dengan kepentingan2 pribadi!
Saling menyayangi dan menghargai lah satu sama lain!
_Peace for our Nation_